Indonesia Peradaban Tertua di Dunia?
Selama
sekolah, kita sudah dibekali pembelajaran mengenai sejarah. Sejarah adalah
sebuah peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau, dan biasanya peristiwa
penting yang disertai adanya bukti dan berdampak besar bagi kehidupan. Sejarah
bersifat dinamis, artinya bisa berubah-ubah seiring berjalanannya waktu karena
adanya penemuan baru, teori baru, fakta baru atau bahkan dugaan baru. Sejarah
juga bisa saya katakan bersifat elastis, karena dapat dikendalikan oleh manusia
untuk diubah, disembunyikan bahkan dihilangkan dalam dunia. karena itu,
berbicara mengenai sejarah tidak terlepas dari pro dan kontra serta polemik
yang terus ada hingga sekarang.
Jika saya bertanya, dimanakah peradaban tertua dan pertama di dunia? secara
umum kita tau bahwa peradaban pertama dan tertua di dunia adalah peradaban
Mesopotamia. Jawaban itu diyakini disetiap lembar soal sejarah SMA. Namun bagaimana
jika ternyata muncul dugaan baru bahwa peradaban tertua bukanlah dari Mesir,
tetapi dari wilayah lain yang mempunyai situs tertua di dunia, lagenda plato yang benar-benar ada, dan diduga
merupakan pusat peradaban dunia tertua yang sesungguhnya? Dan bagaimana jika
wilayah lain yang dimaksud itu adalah negeri kita sendiri, yaitu Indonesia. Apakah
jika dugaan baru ini memang benar adanya, akan merubah sejarah dunia? atau
sebenarnya dugaan ini memang sudah lama ada, namun sejarah menyembunyikannya?
Atau berusaha menghilangkannya?
Mari kita bahas…
Indonesia
digadang-gadang sebagai peradaban tertua di dunia. hal ini dilihat dari
berbegai penemuan situs-situs bersejarah yang diperkirakan lebih lama dari
piramida yang ada di Mesir. Tidak hanya itu, ada beberapa hal lainnya yang
mendukung pernyataan ini :
1.
Situs Gunung Padang
Situs Gunung
Padang yang
berada di Cianjur, Jawa Barat ini ditemukan sebagai sebagai salah situs megalitikum
tertua di dunia. Situs berusia 10 ribu tahun ini disebut semasa dengan situs
Göbekli Tepe di Turki. Situs ini diperkirakan pertama kali dibangun pada 8000
SM. Usianya bahkan lebih tua dari Piramida di Mesir yang dibangun sekitar 2500
SM, peninggalan kota tua Mahenjo Daro dan Harrapa di India yang berusia 3.000
tahun, dan budaya Mesopotamia yang berada di era yang sama. situs
megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada satu era. Tapi struktur tersebut
dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari 8.000 SM hingga 1.000 SM.
Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun.
Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun.
Situs Gunung Padang
Mesopotamia
Penelitian mengenai situs Gunung Padang ini sempat terhenti
pada masa akhir kepemimpinan presiden SBY. Dan semoga penelitian ini segera
ditindaklanjuti supaya jelas apabila situs megalitikum ini terbukti merupakan
situs tertua, maka peradaban dunia akan berubah.
2.
Keberadaan
Benua Atlantis
Siapa yang tidak kenal sebuah
lagenda ternama yang menceritakan adanya sebuah peradaban yang maju di suatu
benua, yang dinamankan benua atlantis. Dan hal ini menarik bagi para ilmuan
untuk meneliti keberadaan atlantis yang di ceritakan oleh filsuf Yunani, Plato.
Plato bercerita bahwa Atlantis
adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all
civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran,
perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan
kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Prof Umar Anggara Jenny, Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis
-- jika memang benar -- adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian
biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan
bangsa Austronesia tertua. Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat
kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut
dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya benua
Atlantis , bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru. Mereka lalu
menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang
disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau.
Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Menurut prof Arysio Santos,pun menyebutkan
Atlantis adalah Indonesia. Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis
adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada
waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah
kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi
sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di
katulistiwa.
Diperkirakan hilangnya benua atlantis
ini disebabkan oleh bencana banjir dan gempa bumi, yang menimbulkan bencana
banjir dan gempa yang sangat hebat. Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari
species mamalia yang hidup saat itu, Sebelum terjadinya bencana banjir itu,
pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung
Malaysia dan benua Asia. Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang
saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera,
Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan
bagian dari ‘Ring of Fire’.Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang
memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah
gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya
dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung
Rinjani.
Plato juga menyebutkan bahwa luas benua
Atlantis yang hilang itu lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil
digabung jadi satu. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah
dengan luas Laut China Selatan. Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya
berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari
dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan
Indonesia dan bukan di tempat lain. Walau dikisahkan dalam bahasa mereka
masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke
hal atau kejadian yang sama. Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis
terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan
Dravidas. Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang
lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia
lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam
yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian
serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene. Pada
Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah,
gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran
irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding
perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya
Indonesialah yang sekaya ini . Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi,
dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang
selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia,
dan Amerika. Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap
di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir
di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia,
Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara. Di tempat-tempat baru ini mereka
kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar
budaya mereka. Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di
India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan,
Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam
tersebut. Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia.
Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau
seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi,
agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa
yang disebut Neolithic Revolution. Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari
Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang
dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan
adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang
integral dari Indonesia. Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang
kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti,
Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya
ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa
disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc,
dan lain-lain. Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan
bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia.
Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan
lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang
disebutnya sebagai ‘Checklist’.
Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini,
atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di
Indonesia, ini akan mengubah sejarah duni. dan teori Profesor Santos ini sampai
saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia.
3. Kapal
Nabi Nuh
Adanya kisah tentang kapal nabi Nuh
telah tertulis didalam Al Quran. Dan taukah kalian, kapal tersebut ditemukan
pada Tahun 1949, benda mirip kapal di
atas Gunung Ararat-Turki dari ketinggian 14.000 feet (sekitar 4.600 meter) yang
diduga situs kapal Nabi Nuh AS ditemukan
oleh Angkatan Udara Amerika Serikat.
Kemudian, dimuat dalam berita Life Magazine pada 1960, saat pesawat Tentara Nasional Turki menangkap gambar sebuah benda mirip kapal yang panjangnya sekitar 150 meter. Lalu, penelitian dan pemberitaan tentang dugaan kapal Nabi Nuh AS (The Noah’s Ark) terus berlanjut hingga kini. Pemotretan yang dilakukan oleh penerbang Amerika Serikat, Ikonos, pada 1999-2000 tentang adanya dugaan kapal di Gunung Ararat yang tertutup salju, memperkuat bukti dugaan kapal Nabi Nuh AS itu.
Kemudian, dimuat dalam berita Life Magazine pada 1960, saat pesawat Tentara Nasional Turki menangkap gambar sebuah benda mirip kapal yang panjangnya sekitar 150 meter. Lalu, penelitian dan pemberitaan tentang dugaan kapal Nabi Nuh AS (The Noah’s Ark) terus berlanjut hingga kini. Pemotretan yang dilakukan oleh penerbang Amerika Serikat, Ikonos, pada 1999-2000 tentang adanya dugaan kapal di Gunung Ararat yang tertutup salju, memperkuat bukti dugaan kapal Nabi Nuh AS itu.
Penelitian gabungan
arkeolog-antropologi dari dua negara, China dan Turki, yang beranggotakan 15
orang, sekaligus pembuat film dokumenter tentang situs kapal Nabi Nuh AS itu,
menemukan bukti baru. Mereka mengumpulkan artefak dan fosil-fosil berupa;
serpihan kayu kapal, tambang, dan paku. Ada yang paling menarik dan mnegejutkan
adalah penemuan mengenai kayu yang menjadi bahan utama pembuatan kapan
tersebut. Hasil penelitian para arkeolog dari Turki dan China menyebutkan,
bahwa kayu yang digunakan untuk membuat kapal nabi Nuh merupakan kayu jati
purba yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka telah meneliti ratusan sampel kayu
purba dari berbagai negara, dan memastikan, bahwa fosil kayu jati yang berasal
dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah 100% cocok dengan sampel fosil kayu
Kapal Nabi Nuh AS.
“Saya meyakini 99%, bahwa situs kapal di Gunung Ararat, Turki, merupakan fosil Kapal Nuh AS yang ribuan tahun lalu terdampar di puncak gunung itu, setelah banjir besar menenggelamkan dunia dalam peristiwa mencairnya gleser di kedua kutub,” kata Yeung Wing, pembuat film dokumenter The Noah’s Ark, saat melakukan konfrensi pers di Hongkong, Senin (26/4/2010).
Dr.Mehmet Salih Bayraktutan PhD, yang sejak 20 Juni 1987 turut meneliti dan mempopulerkan situs Kapal Nabi Nuh AS, mengatakan, "Perahu ini adalah struktur yang dibuat oleh tangan manusia.” Dalam artikelnya juga mengatakan, lokasinya di Gunung Judi (Ararat) yang disebut dalam Alquran, Surat Hud Ayat 44. Sedangkan dalam injil: Perahu itu terdampar di atas Gunung Ararat (Genesis 8 : 4).
Menurut peneliti The Noah’s Ark, kapal dibuat di puncak gunung oleh Nabi Nuh AS, tak jauh dari desanya. Lalu berlayar ke anta beranta, saat dunia ditenggelamkan oleh banjir besar.
Berbulan-bulan kemudian, kapal Nabi Nuh AS merapat ke sebuah daratan asing. Ketika air berangsur surut, maka tersibaklah bahwa mereka terdampar di puncak sebuah gunung.
Bila fosil kayu kapal itu menunjukan berasal dari kayu jati, dan itu hanya tumbuh di Indonesia pada zaman purba, boleh jadi Nabi Nuh AS dan umatnya dahulu tinggal di sana.
Saat ini, kita dapat saksikan dengan satelit, bahwa gugusan ribuan pulau itu (Nusantara), dahulu merupakan daratan yang luas.
“Saya meyakini 99%, bahwa situs kapal di Gunung Ararat, Turki, merupakan fosil Kapal Nuh AS yang ribuan tahun lalu terdampar di puncak gunung itu, setelah banjir besar menenggelamkan dunia dalam peristiwa mencairnya gleser di kedua kutub,” kata Yeung Wing, pembuat film dokumenter The Noah’s Ark, saat melakukan konfrensi pers di Hongkong, Senin (26/4/2010).
Dr.Mehmet Salih Bayraktutan PhD, yang sejak 20 Juni 1987 turut meneliti dan mempopulerkan situs Kapal Nabi Nuh AS, mengatakan, "Perahu ini adalah struktur yang dibuat oleh tangan manusia.” Dalam artikelnya juga mengatakan, lokasinya di Gunung Judi (Ararat) yang disebut dalam Alquran, Surat Hud Ayat 44. Sedangkan dalam injil: Perahu itu terdampar di atas Gunung Ararat (Genesis 8 : 4).
Menurut peneliti The Noah’s Ark, kapal dibuat di puncak gunung oleh Nabi Nuh AS, tak jauh dari desanya. Lalu berlayar ke anta beranta, saat dunia ditenggelamkan oleh banjir besar.
Berbulan-bulan kemudian, kapal Nabi Nuh AS merapat ke sebuah daratan asing. Ketika air berangsur surut, maka tersibaklah bahwa mereka terdampar di puncak sebuah gunung.
Bila fosil kayu kapal itu menunjukan berasal dari kayu jati, dan itu hanya tumbuh di Indonesia pada zaman purba, boleh jadi Nabi Nuh AS dan umatnya dahulu tinggal di sana.
Saat ini, kita dapat saksikan dengan satelit, bahwa gugusan ribuan pulau itu (Nusantara), dahulu merupakan daratan yang luas.
4. Lukisan
tangan di Leang Timpuseng, Maros
Lagi-lagi ditemukannya
sebuah penemuan yang mengejutkan dunia dan digadang-gadang kembali sebagai
peradaban tertua di dunia. penemuan ini berupa lukisan salah satu stensil
tangan di Leang Timpuseng, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurug, Maros,
Sulawesi Selatan. Yaitu adanya hasil penemuan itu mengungkapkan bahwa lusikan
tangan itu dipastikan setidaknya berusia 39.900 tahun.
Lukisan goa di Maros merupakan temuan
yang sangat penting karena menguak misteri kehidupan manusia prasejarah di
Indonesia periode 40.000-an tahun lalu. Dan juga, fakta baru ini berdampak
penting karena mengubah pemahaman kita tentang perjalanan spesies manusia
modern (Homo Sapiens) di muka bumi. Usia 39.900 tahun itu menempatkan lukisan
goa Maros satu periode zaman dengan lukisan di goa El Castillo, Spanyol, yang
diperkirakan 37.300 tahun lalu.
Tak hanya lukisan tangan yang ditemukan,
adanya penemuan lukisan babirusa di langit-langit goa prasejarah Leang
Timpuseng. Hasil penelitian arkeologi yang dipublikasikan pada 2014 menunjukan
lukisan itu berusia setidaknya 35.400 tahun sehingga menjadi salah satu lukisan
figurative tertua di dunia.
Empat
contoh diatas merupakan salah satu penemuan dari banyaknya situs peninggalan
tertua yang diperkirakan merupakan kejayaan suatu peradaban di dunia. Bagaimana
jika memang benar dari ke empat pembahasan tersebut yang menjadi alasan dasar
bahwa bangsa Indonesia yang sebenarnya pusat peradaban tertua dan pertama di
dunia? tentu saja seharusnya sejarah yang bersembunyi ini bisa dipecahkan,
dimunculkan, dan diakui keberadaan sesungguhnya.
banyak sekali kontroversial , spekulasi, polemik mengenai keberadan indonesia yang diduga sebagai situs peradaban dunia tertua. sebagaimana pernah saya baca kutipan seseorang dalam Genetika Populasi Dunia (Oktober,2010)bahwa sejarawan barat tidak rela jika sundaland-wilayah yang dimaksud dalam buku Prof santoso- yang sekarang menjadi wilayah Indonesia. seperti ada yang disembunyikan, atau memang ini sudah direncanakan kebenarannya untuk ditenggelamkan? Karena itu, diharapakan pula pemerintah mendukung penuh para peneliti untuk mengungkapkan situs penemuan yang telah ditemukan di Indonesia.
kita sebagai wargna negara Indonesia wajib bangga terhadap apa yang telah diciptakan untuk bangsa ini, terlebih Tuhan telah menciptakan peradaban yang begitu hebat. jika kita mau sama-sama lebih khusus memperhatikan bangsa ini, baik dulu hingga sekarang, tidak menutup kemungkinan bahwa bangsa ini memang bangsa yang memiliki peradaban yang maju dan diakui oleh sejarah bahwa peradaban tertua dan pertama di dunia berasal dari Nusantara, Indonesia.
Bagaimana menurut kalian?
banyak sekali kontroversial , spekulasi, polemik mengenai keberadan indonesia yang diduga sebagai situs peradaban dunia tertua. sebagaimana pernah saya baca kutipan seseorang dalam Genetika Populasi Dunia (Oktober,2010)bahwa sejarawan barat tidak rela jika sundaland-wilayah yang dimaksud dalam buku Prof santoso- yang sekarang menjadi wilayah Indonesia. seperti ada yang disembunyikan, atau memang ini sudah direncanakan kebenarannya untuk ditenggelamkan? Karena itu, diharapakan pula pemerintah mendukung penuh para peneliti untuk mengungkapkan situs penemuan yang telah ditemukan di Indonesia.
kita sebagai wargna negara Indonesia wajib bangga terhadap apa yang telah diciptakan untuk bangsa ini, terlebih Tuhan telah menciptakan peradaban yang begitu hebat. jika kita mau sama-sama lebih khusus memperhatikan bangsa ini, baik dulu hingga sekarang, tidak menutup kemungkinan bahwa bangsa ini memang bangsa yang memiliki peradaban yang maju dan diakui oleh sejarah bahwa peradaban tertua dan pertama di dunia berasal dari Nusantara, Indonesia.
Bagaimana menurut kalian?
Daftar pustaka :