Jumat, 31 Januari 2020

Bukan Mesopotamia?






Indonesia Peradaban Tertua di Dunia?


Selama sekolah, kita sudah dibekali pembelajaran mengenai sejarah. Sejarah adalah sebuah peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau, dan biasanya peristiwa penting yang disertai adanya bukti dan berdampak besar bagi kehidupan. Sejarah bersifat dinamis, artinya bisa berubah-ubah seiring berjalanannya waktu karena adanya penemuan baru, teori baru, fakta baru atau bahkan dugaan baru. Sejarah juga bisa saya katakan bersifat elastis, karena dapat dikendalikan oleh manusia untuk diubah, disembunyikan bahkan dihilangkan dalam dunia. karena itu, berbicara mengenai sejarah tidak terlepas dari pro dan kontra serta polemik yang terus ada hingga sekarang.
            Jika saya bertanya, dimanakah  peradaban tertua dan pertama di dunia? secara umum kita tau bahwa peradaban pertama dan tertua di dunia adalah peradaban Mesopotamia. Jawaban itu diyakini disetiap lembar soal sejarah SMA. Namun bagaimana jika ternyata muncul dugaan baru bahwa peradaban tertua bukanlah dari Mesir, tetapi dari wilayah lain yang mempunyai situs tertua di dunia, lagenda  plato yang benar-benar ada, dan diduga merupakan pusat peradaban dunia tertua yang sesungguhnya? Dan bagaimana jika wilayah lain yang dimaksud itu adalah negeri kita sendiri, yaitu Indonesia. Apakah jika dugaan baru ini memang benar adanya, akan merubah sejarah dunia? atau sebenarnya dugaan ini memang sudah lama ada, namun sejarah menyembunyikannya? Atau berusaha menghilangkannya?
Mari kita bahas…
Indonesia digadang-gadang sebagai peradaban tertua di dunia. hal ini dilihat dari berbegai penemuan situs-situs bersejarah yang diperkirakan lebih lama dari piramida yang ada di Mesir. Tidak hanya itu, ada beberapa hal lainnya yang mendukung pernyataan ini :
1.      Situs Gunung Padang
Situs Gunung Padang yang berada di Cianjur, Jawa Barat ini ditemukan sebagai sebagai salah situs megalitikum tertua di dunia. Situs berusia 10 ribu tahun ini disebut semasa dengan situs Göbekli Tepe di Turki. Situs ini diperkirakan pertama kali dibangun pada 8000 SM. Usianya bahkan lebih tua dari Piramida di Mesir yang dibangun sekitar 2500 SM, peninggalan kota tua Mahenjo Daro dan Harrapa di India yang berusia 3.000 tahun, dan budaya Mesopotamia yang berada di era yang sama. situs megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada satu era. Tapi struktur tersebut dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari 8.000 SM hingga 1.000 SM.
Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun.


      


                                                              Situs Gunung Padang                         



                                                                      Mesopotamia                                  

Penelitian mengenai situs Gunung Padang ini sempat terhenti pada masa akhir kepemimpinan presiden SBY. Dan semoga penelitian ini segera ditindaklanjuti supaya jelas apabila situs megalitikum ini terbukti merupakan situs tertua, maka peradaban dunia akan berubah.
2.      Keberadaan Benua Atlantis
Siapa yang tidak kenal sebuah lagenda ternama yang menceritakan adanya sebuah peradaban yang maju di suatu benua, yang dinamankan benua atlantis. Dan hal ini menarik bagi para ilmuan untuk meneliti keberadaan atlantis yang di ceritakan oleh filsuf Yunani, Plato.
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Prof Umar Anggara Jenny,  Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis -- jika memang benar -- adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua. Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya benua Atlantis , bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru. Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
 Menurut prof Arysio Santos,pun menyebutkan Atlantis adalah Indonesia. Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang. Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Diperkirakan hilangnya benua atlantis ini disebabkan oleh bencana banjir dan gempa bumi, yang menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat. Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia. Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan. Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain. Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama. Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas. Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu. Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene. Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini . Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika. Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara. Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka. Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut. Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia. Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution. Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik. Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia. Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain. Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain. Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia. Bukti-bukti yang menguatkan Indonesia sebagai Atlantis, dibandingkan dengan lokasi alternative lainnya disimpulkan Profesor Santos dalam suatu matrix yang disebutnya sebagai ‘Checklist’.
 Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, ini akan mengubah sejarah duni. dan teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia.
3.      Kapal Nabi Nuh




Adanya kisah tentang kapal nabi Nuh telah tertulis didalam Al Quran. Dan taukah kalian, kapal tersebut ditemukan pada Tahun 1949, benda mirip kapal di atas Gunung Ararat-Turki dari ketinggian 14.000 feet (sekitar 4.600 meter) yang diduga situs kapal Nabi Nuh AS ditemukan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat.

Kemudian, dimuat dalam berita Life Magazine pada 1960, saat pesawat Tentara Nasional Turki menangkap gambar sebuah benda mirip kapal yang panjangnya sekitar 150 meter. Lalu, penelitian dan pemberitaan tentang dugaan kapal Nabi Nuh AS (The Noah’s Ark) terus berlanjut hingga kini. Pemotretan yang dilakukan oleh penerbang Amerika Serikat, Ikonos, pada 1999-2000 tentang adanya dugaan kapal di Gunung Ararat yang tertutup salju, memperkuat bukti dugaan kapal Nabi Nuh AS itu.
Penelitian gabungan arkeolog-antropologi dari dua negara, China dan Turki, yang beranggotakan 15 orang, sekaligus pembuat film dokumenter tentang situs kapal Nabi Nuh AS itu, menemukan bukti baru. Mereka mengumpulkan artefak dan fosil-fosil berupa; serpihan kayu kapal, tambang, dan paku. Ada yang paling menarik dan mnegejutkan adalah penemuan mengenai kayu yang menjadi bahan utama pembuatan kapan tersebut. Hasil penelitian para arkeolog dari Turki dan China menyebutkan, bahwa kayu yang digunakan untuk membuat kapal nabi Nuh merupakan kayu jati purba yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka telah meneliti ratusan sampel kayu purba dari berbagai negara, dan memastikan, bahwa fosil kayu jati yang berasal dari daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah 100% cocok dengan sampel fosil kayu Kapal Nabi Nuh AS.

“Saya meyakini 99%, bahwa situs kapal di Gunung Ararat, Turki, merupakan fosil Kapal Nuh AS yang ribuan tahun lalu terdampar di puncak gunung itu, setelah banjir besar menenggelamkan dunia dalam peristiwa mencairnya gleser di kedua kutub,” kata Yeung Wing, pembuat film dokumenter The Noah’s Ark, saat melakukan konfrensi pers di Hongkong, Senin (26/4/2010).

Dr.Mehmet Salih Bayraktutan PhD, yang sejak 20 Juni 1987 turut meneliti dan mempopulerkan situs Kapal Nabi Nuh AS, mengatakan, "Perahu ini adalah struktur yan
g dibuat oleh tangan manusia.” Dalam artikelnya juga mengatakan, lokasinya di Gunung Judi (Ararat) yang disebut dalam Alquran, Surat Hud Ayat 44. Sedangkan dalam injil: Perahu itu terdampar di atas Gunung Ararat (Genesis 8 : 4).

Menurut peneliti The Noah’s Ark, kapal dibuat di puncak gunung oleh Nabi Nuh AS, tak jauh dari desanya. Lalu berlayar ke anta beranta, saat dunia di
tenggelamkan oleh banjir besar.
Berbulan-bulan kemudian, kapal Nabi Nuh AS merapat ke sebuah daratan asing. Ketika air berangsur surut, maka tersibaklah bahwa mereka ter
dampar di puncak sebuah gunung.
Bila fosil kayu kapal itu menunjukan berasal dari kayu jati, dan itu hanya tumbuh di Indonesia pada zaman purba, boleh jadi Nabi Nuh AS dan umatnya dahulu tinggal di sana.
Saat ini, kita dapat saksikan dengan satelit, bahwa gugusan ribuan pulau itu (Nusantara), dahulu merupakan daratan yang luas.
4.      Lukisan tangan di Leang Timpuseng, Maros

Lagi-lagi ditemukannya sebuah penemuan yang mengejutkan dunia dan digadang-gadang kembali sebagai peradaban tertua di dunia. penemuan ini berupa lukisan salah satu stensil tangan di Leang Timpuseng, Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurug, Maros, Sulawesi Selatan. Yaitu adanya hasil penemuan itu mengungkapkan bahwa lusikan tangan itu dipastikan setidaknya berusia 39.900 tahun.
Lukisan goa di Maros merupakan temuan yang sangat penting karena menguak misteri kehidupan manusia prasejarah di Indonesia periode 40.000-an tahun lalu. Dan juga, fakta baru ini berdampak penting karena mengubah pemahaman kita tentang perjalanan spesies manusia modern (Homo Sapiens) di muka bumi. Usia 39.900 tahun itu menempatkan lukisan goa Maros satu periode zaman dengan lukisan di goa El Castillo, Spanyol, yang diperkirakan 37.300 tahun lalu.
Tak hanya lukisan tangan yang ditemukan, adanya penemuan lukisan babirusa di langit-langit goa prasejarah Leang Timpuseng. Hasil penelitian arkeologi yang dipublikasikan pada 2014 menunjukan lukisan itu berusia setidaknya 35.400 tahun sehingga menjadi salah satu lukisan figurative tertua di dunia.
            Empat contoh diatas merupakan salah satu penemuan dari banyaknya situs peninggalan tertua yang diperkirakan merupakan kejayaan suatu peradaban di dunia. Bagaimana jika memang benar dari ke empat pembahasan tersebut yang menjadi alasan dasar bahwa bangsa Indonesia yang sebenarnya pusat peradaban tertua dan pertama di dunia? tentu saja seharusnya sejarah yang bersembunyi ini bisa dipecahkan, dimunculkan, dan diakui keberadaan sesungguhnya. 

banyak sekali kontroversial , spekulasi, polemik mengenai keberadan indonesia yang diduga sebagai situs peradaban dunia tertua. sebagaimana pernah saya baca kutipan seseorang dalam Genetika Populasi Dunia (Oktober,2010)bahwa sejarawan barat tidak rela jika sundaland-wilayah yang dimaksud dalam buku Prof santoso- yang sekarang menjadi wilayah Indonesia. seperti ada yang disembunyikan, atau memang ini sudah direncanakan kebenarannya untuk ditenggelamkan? Karena itu, diharapakan pula pemerintah mendukung penuh para peneliti untuk mengungkapkan situs penemuan yang telah ditemukan di Indonesia.
kita sebagai wargna negara Indonesia wajib bangga terhadap apa yang telah diciptakan untuk bangsa ini, terlebih Tuhan telah menciptakan peradaban yang begitu hebat. jika kita mau sama-sama lebih khusus memperhatikan bangsa ini, baik dulu hingga sekarang, tidak menutup kemungkinan bahwa bangsa ini memang bangsa yang memiliki peradaban yang maju dan diakui oleh sejarah bahwa peradaban tertua dan pertama di dunia berasal dari Nusantara, Indonesia.

Bagaimana menurut kalian?





  


Daftar pustaka :










Fakta Mengejutkan tentang Patrick Star

Apakah kalian pencinta kartun SpongeBob? Tentu kalian sudah bisa membayangkan jika kartun spongebob bukan hanya tentang si kuning, tapi juga...