CIANJUR- minuman yang sangat sakral
di China dan di Jepang ini ternyata berbanding terbalik di negera kita
Indonesia. Ini bisa dilihat dari minimnya pengetahuan konsumen tentang teh itu
sendiri dan minimnya kesejahteraan para petani teh di Indonesia. Termasuk saya sendiri yang
kurangnya pengetahuan tentang minuman berkhasiat tersebut.
Saat ditanya kenapa saya mengikuti kegiatan Edukasi dan Tanam Teh Bareng Petani yang dilakukan pada hari Minggu, (02/03/20), kemarin? Jawaban saya, karena saya suka minum teh, makadari itu saya ingin tidak hanya sekedar penyuka teh saja, tetapi saya ingin mengetahui lebih dalam seputar dunia teh, khususnya terjun langsung di perkebunan teh Pasir Canar, Cianjur, bersama para petani teh
.
“kira-kira kalau saya mempekerjakan
kamu sebagai pemetik teh, kamu mau digajih berapa?” kata pak Redha selaku
kepala dari SIla Tea House.
“hm…. mungkin Saya akan meminta
Rp.100.000,00 per kilogram” jawab saya.
“kalau gitu, saya tidak akan
mempekerjakan kamu sebagai pemetik teh di kebun teh saya” tegas Beliau. Pertanyaan itu sekaligus membuka
pembicaraan kami dalam perjalanan dari Bogor menuju Pasir Canar, Cianjur.
Sontak saya menjadi bertanya-tanya,
kenapa bapak tidak mau mempekerjakan saya?
Alih-alih jawaban Beliau membuat saya
berfikir jauh “saya tidak akan mempekerjakan kamu dengan gajih yang kamu minta,
karena nyatanya para pemetik teh asli hanya mendapatkan upah memetik teh sebesar
Rp.1.500,00 perkilo untuk pemetik pucuk teh yang baik, dan RP.800,00 per kilo untuk pemetik daun teh yang ke empat setelah pekoe (tiga pucuk daun teh terbaik)”.
Kurangnya edukasi yang minim tentang teh membuat saya hanya sebagai penyuka minuman yang
beraroma teh, bukan penikmat minuman teh sesungguhnya. Pasalnya, minuman yang
saya sukai itu bukanlah teh asli, tetapi ampas atau bubuk dari teh bahkan
sampai batang teh yang dimanfaatkan oleh perusahaan yang memproduksi sisa-sisa
daun teh menjadi minuman teh celup atau serbuk yang siap diperjualbelikan
dengan harga yang murah, seragam, tapi berkualitas rendah. Biasa dikenal dengan
sebutan teh CTC, yang diproses dengan pengolahan mesin “hancurkan, robek, dan
gulung”. Hasil dari proses pengolahan ini yang nanatinya dicampurkan untuk teh campuran atau kantong teh, dan teh
ini dapat disedu dengan cepat, hanya dalam dua sampai tiga menit.
Teh asli yang didapat dari pucuk duan teh akan
menghasilkan rasa teh yang sudah memiliki cita rasa manis didalamnya dan
terdapat kandungan khasiat yang baik di dalam pucuk teh tersebut. Maka tidak
heran minuman teh yang berkualitas terdapat pada pucuk daun teh, dan upah yang
didapatkan para pemetik teh juga berbeda. Kesejahteraan para petani dan pemetik
terdapat pada banyaknya minat konsumen terhadap teh yang berkualitas.
Saya sangat mengapresiasikan kegiatan
yang dilakukan oleh Sila Tea House. Sila
Tea House merupakan suatu bentuk kecintaan mereka terhadap teh. Misi mereka
adalah berkonstribusi untuk meningkatkan cita teh Indonesia dan untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat menikmati kualitas teh terbaik dari
negeri sendiri dan mendapatkan manfaat secara layak., dengan menyediakan hanya teh
pilihan kualitas terbaik the asli Indonesia.
Sila mempunyai slogan “Inovasi
dan Edukasi”. Terbukti dengan banyaknya pengembangan racikan teh yang
telah mereka buat, seperti Silver Needle,
Glorious White, Golden Needle, White Peony, Lemongrass Green, Authentic
Jasmine, Levare Black, Radianty Yellow, Fresh’o Green, Mojang Geulis, Asian
Unitea, Sinensis Red, Prime Black, Lemongrass Black, Srikantea. Sila juga
menerapkan edukasi dengan diadakannya kelas wawasan, kampanye dengan
memanfaatkan media sosial (Instagram), dan juga diadakannya kampanye langsung
kegiatan Edukasi dan Tanam Teh Bareng
Petani yang mengusung tema “Liburan Berwawasan”. Kampanye ini menginisiasikan
kampanye 1 cup/pot + Rp. 1000 = 1 bibit teh
yang telah dilakukan selama empat bulan lalu dan masih terus berlanjut hingga
target tecapai. Para petani sudah menyiapkan bibit teh-nya dan tetap akan
melakukan penanaman bersama kami. Diharapkan penanaman ini sebagai bentuk rasa
peduli kita terhadap para petani teh di Indonesia untuk tetap mencintai teh,
menanamnya, merawatnya, hingga menghasilkan pucuk teh yang berkualitas.
“Lalu, taukah kalian mengapa sudah
beberapa tahun kebelakang ini puncak sering terjadi longsor?” Tanya pak Redha
melanjutkan diskusi.
“itu terjadi karena lahan teh yang
sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dinding tanah sudah kehilangan
penguatnya, yaitu akar dari kebun teh. Para petani teh mengalihkan fungsi lahannya
menjadi ladang untuk ditanami sayur mayur, karena merosotnya penjualan teh di
pasar. Itulah sebabnya sering terjadi longsor di puncak. Tidak bisa disalahkan,
karena para petani puncak hidup dengan mengandalkan penjualan di pasar. Jika penjulan
teh tinggi, maka para petani teh akan menanam teh di kebun mereka. Tentunya,
dengan penanaman bibit yang baik, untuk menghasilkan pucuk teh terbaik”, jelas
pak Redha.
Pasir Canar merupakan tempat
perkebunan teh yang akan kita tanami. Dan kami dibimbing langsung oleh Pak
Ferry, selaku pemilik perkebunan teh Pasir Canar.
Setelah tiba di tempat, kami langsung
di ajak untuk melihat perkebunan teh beliau. Dengan diberikannya penjelasan
seputar perkebunan teh yang beliau jalankan. Kamipun diajak untuk melihat
proses pengolahan teh di pabrik beliau. Setelah isoma, kegiatan kami
dilanjutkan dengan penanaman bibit teh di kebunnya pak Ferry. Sungguh menyenangkan
bisa mengikuti langsung proses penanaman ini bersama para petani teh.
(1000 bibit teh)
(Edukasi langsung di kebun teh)
(Pabrik teh pasir canar)
(Penanaman bibit teh)
Kegiatan selanjutkan, kami
diperlihatkan secara langsung pembuatan teh dengan salah satu racikan yang Sila
sudah siapkan. Kami diperkenankan untuk meminum beberapa teh berkualitas yang
sudah mereka sedu. Dengan teknik, cara meminumnya “diseruput”, aromanya, dan
khasiatnya. Saya baru saja menikmati ketenangan saat menghirup dan meminum teh-teh
tersebut.
Tidak heran, harga memang
mempengaruhi. Tetapi kualitas dan manfaat-pun sangat mempengaruhi. Terlebih,
untuk kesejahteraan para petani teh yang sudah merawat teh hingga menghasilkan
pucuk teh yang terbaik. Seharusnya memang patut untuk para petani teh
mendapatkan kesejahteraan.
Kegiatan ini benar-benar membuka
pikiran saya tentang minuman lagenda ini. Teh merupakan minuman yang dapat
diminum dalam jumlah yang banyak, dengan segala kerumitannya yang ada, teh
menawarkan estetikanya, ketenangannya, dan juga teh merupakan kehidupan penting
untuk para petani teh, dan kehidupan penting untuk alam.
Cintai teh, dengan membuka pikiran
anda, bukan hanya sekedar meminum ampas teh, tetapi nikmatilah teh yang sudah
para petani siapkan dengan kualitas yang baik. Sehingga, andapun bisa mencintai
alam.