Kamis, 28 Februari 2019

JINGGA


Bersahaja dalam Jingga


L
angit tak pernah tinggalkan buminya, unta tak pernah tinggalkan gurunnya, pantai tak pernah tinggalkan ombaknya, pohon tak pernah tinggalkan rantingnya, begitu juga Jingga yang enggan sendiri, dia tak pernah tinggalkan keluarganya. Apa yang bisa ia lakukan tanpa keluarga? Hidup bagaikan tak bernilai, kematian yang menjadi impian. “Hempaskan saja ombak, runtuhkanlah gunung itu hingga menyapu  krikil jejak nafasku,  hidup tiada bernyawa tanpa kalian” ungkap nya dalam sebuah coretan tinta jingga.
            “Aku bersahaja. karena Jingga luar biasa, kami bangga memilikimu. Biarkan saja rembulan jauh dari sudut pantai, asalkan kami selalu bersama.” ucap ibu kepadanya.
 Yang ku lihat hanya derai tuntunan air mata yang menjawab seikat kata manja seorang ibu kepada anak bungsunya itu, Jingga. ia adalah seorang anak yang luar biasa. Mungkin orang diluar sana hanya melihat Jingga seperti seekor anak kambing yang diikat pada penegak tiang dan selalu menunggu kehadiran seseorang untuk mengurusnya. Tetapi menurut kami, dia adalah seorang malaikat kecil yang hebat dan mempunyai impian besar yang tidak orang miliki. Pernah sesekali kami memberi obat dan terapi kepadanya, namun semua itu hanya sia-sia, karena jingga menolak untuk melakukannya. Kami hanya ingin memberikan yang terbaik untuknya.  Kami tidak tahu apa yang selama ini ia pikirkan. seperti kubang yang melewati sekuntum bunga yang harum. Dia tak pernah mencurahkan apapun yang dia inginkan, hanya sajak dan syair yang selalu dia tulis dalam coretannya bersama tatapan tajam yang mengarah pada langit jingga , langit dimana matahari mulai  terbenam. Seringkali aku memperhatikannya dan menatap indah keagungan Tuhan itu, dan sering kali juga aku melontarkan pertanyaan yang  sama kepadanya
“Dek, kakak mau nanya? Kenapa sih kamu suka sekali menatap bahkan menulis beribu syair untuk langit itu?”  tak pernah ada jawaban dari pertanyaanku , walau aku tahu dia bisa saja menjawabnya pada coretan  dibukunnya , namun sama sekali tidak, dia terus saja menulis syair yang indah untuk langit jingga yang sangat indah itu. Pernah ku mencuri pandanganku kearah buku  yang sedang ia tuliskan  “ Langit Jingga Diufuk Rantingku“. Aku sama sekali tidak mengerti arti dan makna dalam setiap kata-katanya. Ketika langit jingga itu sudah bergilir pada warna yang sesungguhnya, Jingga selalu memejamkan matanya dan memeluk erat buku yang berisi beribu syair yang indah seperti tidak bernafas melihatnya. Namun aku yakin, dibalik semua itu ada keinginan yang mulia dari seorang Jingga terhadap hidupnya
***.
            Pada suatu malam yang dingin, diperkirakan akan terjadi hujan yang sangat lebat, ibu ingin menemani Jingga di kehangatan balutan selimutnya.
 “Jiingggaaaaaa” teriak ibu.
 Ada apa dengan ibu? aku dan ayah langsung menelusuri suara itu, suara yang berasal dari kamar Jingga. Kamar yang tidak berpenghuni, hanya sepucuk surat yang mampu         menjawabnya
“...Tiada yang sempurna dalam hidup, namun tercipta semua menjadi kesempurnaa seseorang dalam menjalani kehidupan. Tercipta sebuah mata untuk melihat, tercipta sebuah telinga untuk mendengar, tercipta sebuah mulut untuk berbicara, tercipta seluruh raga untuk bergerak , sampai tercipta keluarga untuk menderatkan detak jantung kehidupan . Kadangkala kesempurnaan itu yang menjadi seseorang sangat sulit untuk  bersyukur. aku tak pernah meminta kesempurnaan dariMu, aku terlahir dangan raga yang tidak sempurna, dengan mulut yang tak bernada, dengan pendengaran yang kurang jelas.. Tak masalah bagiku, tetapi izinkan aku meminta kebahagiaanku untuk keluarga ini Tuhan.... Izinkan aku memetik keindahan langit Jingga diufuk rantingku, sebagaimana pohon yang indah dengan ranting-ranting yang bergelut mesra dibawah langit jingga yang memberikan makna subur, kokoh, kuat, dan seikat kebahagiaan seseorang yang melihatnya .dan pohon itu akan berdiri dengan ranting yang selalu bertambah sedikit demi sedikit dengan daun yang hijau serta gemilangnya bunga dan buah. Tuhan ambilah satu ranting dari pohon ini, tetapi tumbuhkanlah seribu ranting untuk pohon ini, agar selalu tumbuh menjadi pohon yang indah.
  Ibu, ayah, ka dera. Berjanjilah padaku, aku hanya ingin mencari apa yang ingin aku cari, aku hanya ingin melihat apa yang ingin aku lihat.aku hanya ingin melukiskan jejak-jajakku, percayalah aku selalu besama keluarga yang sangat istimewa ini. Tuhan sudah mengirimkan anugrah terindahnya kepadaku. percayalah aku bersahaja pada indahnya langit jingga...”.
 Sejak malam itu, kekhawatiran kami memuncak. Seluruh cara kami lakukan untuk mencari Jingga walau hujan lebat mengahalangi langkah kami.
***
            3hari,  72 jam, 10800 detik berlalu, tidak ada kabar mengenai Jingga. Tak pernah berhenti menangis, tak pernah berhenti berdoa, dan tak pernah berhenti mencarinya.
 “Jingga... dimana kau nak? Ibu khawatir sekali, ibu ingin memelukmu, Pulang laaah...” riintihan suara ibu tak kuat ku bendung lagi, berbagai cara telah kami lakukan untuk mencara Jingga, namun tekadku untuk mencari Jingga sangatlah besar, aku harus mencari tau sendiri dimana Jingga, aku yakin dia pergi kesuatu tempat yang sangat ia impikan selama ini dan itu semua ia curahkan pada bukunya. Aku mecari dan membaca buku itu,sampai pada halaman ke21 buku itu bertuliskan “satu titik cinta Jingga dibawah langit jingga” aku terus  membacanya dan ku menemukan beberapa kalimat impiannya.
“...Dihari yang indah, berteman bunga dan burung-burung berkicau merdu terikat pada suatu cinta, menerangkan beribu harapan, tersenyum bahagia, melepas duka yang lara, tersinar dibawah langit jingga.
Langit jingga, Langit yang menyipan titik-titik kebahagiaan bersamanya. Aku selalu melihatmu dan selalu menantikanmu, kau hadir disetiap harapanku. inginku melangkah lebih jauh untuk mendekatimu, menemukan pohon bersama ranting-ranting yang sudah tumbuh besar. Akankah aku menemukannya? Jejak-jejakku akan melukiskan keindahanmu...”
***
Dan kini aku mengerti arti langit jingga untuknya, hari itu pun aku pergi tanpa seizin ibu dan ayah. Aku pergi membawa sepucuk surat dan buku hariannya itu. Kemana langkah kakiku ini berpijak? Aku menelusuri cahaya yang datang ketika langit jingga bergemilang. Saat itu, tak hentinya kakiku berlari mengejar cahaya tersebut. Semakin aku berlari semakin redup harapanku menemukan Jingga.  jika ia selalu menggambarkan bahwa aku adalah seorang kakak yang baik dan terhebat untuknya, akankah pandangan Jingga terhadapku menjadi bukti kalau aku memang kakak yang baik untuknya? Kurasa tidak, sampai aku menemukannya. Sudah dua kali hadir dan berganti warna, cahaya langit jingga belum juga ku gapai. Air mata menuntunku dalam berlari, berlari dan terus berlari. Namun mata ini sekejap menatap kuasaanMu yang membuat kaki terasa berat untuk melangkah, terjatuh dalam hamparan tanah yang luas, berbisik bunga dan burung-burung, sapaan air yang meluas, hadapkan pohon yang sangat besar dengan warna jingga yang menyolok tajam. Tak berfikir apapun saat itu, hanya doa yang ku panjatkan untuk Jingga.
 “sekali ini saja Tuhan ambilah rantigku, tetapi kembalikanlah Jingga kepada ayah dan ibu” ucapku dengan teriakan memenuhi hamparan tanah itu. Nafas hampir tak terkendali lagi, keindaahan yang tak kusadari ini mulai  hilang, dan sesaat aku terjatuh  tak sadarkan diri.
Aku merasakan hal yang aneh, ketika air yang menjatuhi wajahku setiap detiknya. Aku merasa aku harus membuka mata ini, dan apa yang terjadi? Sosok anak perempuan yang terseyum manis, dengan teduhuan pohon yang sangat besar. Didalam pikiranku itu adalah Jingga dan memang itu Jingga. Pelukan hangat ini menyapanya dan rasa bahagia memujanya. Tak akan kutanya mengapa dia menghilang? Karena aku tahu semua manusia mempunyai impiannya, ia akan mencarinya dan tak peduli seberapa besar rintangan yang ia hadapai, namun impian itu harus kita raih. Begitu pula dengan Jingga. Dia tak meminta apapun, ia hanya ingin mengejar impiannya, yaitu menikmati anugrah Tuhan yang indah itu dan menciptakan kebahagiannya sendiri dibawah langit jingga. Dan saat itu langit jingga membuktikanku bahwa hidup akan terus berganti warna, baik terang maupun gelap dan dalam setiap warnanya pasti ada satu warna yang membuat kita bahgian melihatnya. Rasa bahagia menyelimuti keluarga kami ketika kami sampai dirumah, berpeluk hangat dengan ayah dan ibu. tak ada lagi seekor anak kambing yang diikat ditiang, mungkin orang akan berfikir ulang untuk mengandaikannya, karena yang ia andaikan mampu berjalan melukiskan jejak-jejaknya dan meraih impiannya.
”Ibu, ayah, ka dera. Maafkan aku, karena aku pergi begitu saja. Karena ku tahu kalian takakan pernah mengizinkanku untuk pergi, aku hanya ingin mengejar impianku dan membuktikan pada dunia bahwa aku bukanlah seekor anak kambing yang diikat pada penegak tiang, aku adalah seorang Jingga yang mampu mengejar impianku, dan Jingga yang memiliki keluarga sangat istimewa. Mempunyai ibu yang tegar, ayah yang penyayang, dan kakak yang hebat, aku bangga mempunyai kalian. Aku berharap kalian bangga mempunya seorang Jingga. Sungguh, ku tak meminta apapun untuk menjadi sempurna. Dan sungguh, aku hanya ingin menciptakan sedikit dari banyaknya cara orang menghadirkan kebahagiaannya. Lalu salahkah aku?” tuturan pena Jingga pada tulisannya.
Jingga mengajarkan kita bahwa kekurangan bukanlah hambatan untuk menciptakan kebahagiannya sendiri, janganlah  kalian menutupinya, berilah kesempatan untuk mereka melakukan hidupnya sendiri, dan mengejar apa yang mereka inginkan. Jingga, kami bangga memilikimu. Bagi kami, keluarga memang segalanya, tanpa keluarga hidup tidak akan sempurna. tetapi tanpa dirimu kami bukanlah keluarga yang sempurna.





Roushyela


Hasil gambar untuk ROSE BLACK


R
oushyela. itulah Ros. Wanita yang melewati palung penderitaan, wanita yang hidup dimasa sekarang, masa lalu dan kembali dimasa yang akan datang. Keistimewaan yang ia miliki tak menjamin kebahagiaan dihidupnya. Hanya satu yang ia minta “jemputlah aku Tuhan...bersama satu titik kebahagiaan”.
Tak kenal maka tak sayang, begitulah ucap wanita cantik,pintar, terhormat, ditambah dengan kehidupan yang mewah membuat terciptalah Roushyela. Tak ada rasa iba, sombong, rendah hati, selalu bersyukur, itulah yang selalu ia panjatkan.Tak ada satupun laki-laki yang tidak tertarik dengan pesonnya, sangat mengagumkan. Sekiranya keadaan Ros tak seberuntung dengan kenyataannya, banyak sekali wanita yang iri kepadanya. Seraut wajahnya yang menawan itulah membuat isu beredar di kota ini,di negeri ini, bahkan di dunia ini, tentang siapa dirimu Roushyela.
Kecantikan Roushyela mendunia, hampir semua insan mengetahui tentang dirinya. Tetapi dari situlah banyak yang mengundang kebencian pada Ros. Satu niat bersama adalah  menghancurkan Roushyela. Begitulah kaliamat yang dilontarakan para wanita yang iri hati padanya. Memusnahkan, melenyapkan,serta menghilangkan Ros dari dunia ini adalah prinsip mereka. Sungguh hati yang buruk yang dapat menghancurkan diri mereka sendiri.
Keberhasilan membuat mereka menjadi pemenang, itulah yang mereka rasakan. Kelabu, gelap, asing, menjadikan keadaan Ros sekarang. Bukan dirinya, namun kehidupannya. Dimana Roushyela berada? Tak ada yang tau. Lenyap sudah Roshyela di zaman moderen ini, tapi siapa sangka ia berjaya pada kehidupan 400 tahun yang lalu, tepatnya ditahun 1616. Yah.. itulah keadaan Ros. Ia terkutuk oleh  masyarakat yang masih memegang teguh kepercayaan lama, hingga mereka melenyapkan Ros dari zaman itu, dan mengantarkan nya ke zaman dahulu. Ros tak salah  berada didunia ini, namun kecantikan serta keistimewaannyalah yang salah besar dimata masyarakat.
***
            “Dimana aku.. dimana aku? Tolong.. aku mohon tolong....!” membuka mata, berharap mimipi dengan rasa takut, gelisah, asing, tak tau harus berbuat apa.
             Ketika Roushyela melihat masyarakat yang aneh, kuno, membuat Ros bertanya-tanya” Kehidupan apa ini? dimana aku?” ucap Ros dihadapan pasar yang dipenuhi penduduk desa asli dizaman itu. Mata penduduk pribumi terpaku melihat Ros berdiri dengan gaun moderen, dan pesonanya yang sangat mengagumkan. Tak sampai disitu, bahkan penguasa bangsa asingpun melihat tajam kearah wanita bergaun pink tersebut tanpa berkutik apapun. Dengan wajahnya yang lugu dan mempesona, para penguasa asing itu mulai berpikir untuk mendapatkannya. Ros masih tak bisa menemukan jawaban akan semua tanda tanya yang terbesit dalam pikirannya, hanya dari pancingan matanya lah ia dapat berfikir kehidupan kuno itu bagaikan pintu gerbang yang menyambut zaman penjajahan.
 ”Berdagang? Belanda? VOC? Oh tidak!” ucap Ros ketika melihat nama VOC  melambung tinggi di papan nama.
            “Tidaak.. tidaaaaaaaaaak.....” Ros berlari jauh dari penduduk saat ia menyadari keberadaannya dan membuat para penguasa asing itu juga berlari mengejarnya. Seluruh jendral Belanda mengirim pasukannya dan berlomba-lomba mengejar untuk mendapatkannya. Ros terus berlari hingga ia terjatuh tak berdaya, lelah dan tak kuat dengan keadaan yang membuatnya tak sadarkan diri. Namun seoarang pemuda Belanda menghampiri, dan membawa Ros pulang kerumahnya.
”Kau takapa?” ucap pemuda belanda itu ketika Ros mulai tersadar.
”Aaaaaa.... siapa kau? Mengapa aku disini? Aku dimana?”
            “Ooh tunggu, aku tidak bermaksud untuk melukaimu , aku ingin membantumu. Aku Van Dour Gicjk. Kau?” ucap pemuda Belanda itu  menghalangi Ros untuk keluar.
“A a aku Ros, Roushyela. Kau bisa membantuku? Apa kau bisa menceritakan semua kepadaku?”
”Nama yang indah, seperti dirimu. Aku yang harusnya bertanya dan meminta penjelasan kepadamu, kau siapa? Asalmu dari mana? Apa kau putri khayangan? Semua jendral mencari keberadaanmu, mereka jatuh cinta denganmu dan ingin mendapatkan dirimu,” penjelasan Gicjk membuat keduanya merasa aneh dan bertanya-tanya.
Perbincangan antara Ros dan Gicjk sangat serius dan membuat keduanya tidak dapat memahaminya, namun itulah kenyataan yang mereka hadapi, tak tau bagaimana awalnya, tetapi mereka saling mempercayainya. Sungguh tak bisa dipungkiri, Gicjk pun terpesona oleh kecantikan Ros dan ia juga jatuh cinta padanya. Ros pun merasakan hal yang sama, karena Gicjk adalah orang yang sangat baik baginya. Gicjk adalah seorang pemuda yang berasal dari Belanda, namun ia sudah sangat lama menetap di pulau jawa. Ia mengikuti kongsi perdagangan VOC. Ia dikenal penduduk sangat tegas tetapi sangatlah baik hati, berbeda dengan para pengusa yang lain. meskipun ia melakukan monopoli perdagangan, tapi ia juga sering memberi makan untuk penduduk miskin, sesering kali ia pun memberi uang kepada anak yatim di daerah nya. sikap buruk bukanlah niatnya, ia hanya melakukan suatu tuntutan  pekerjaan. Walaupun kebanyakan penduduk sekitar memang tidak suka dengan monopoli yang dilakukan VOC. Gicjk pun langsung melamar Rousyela, dan Ros sudah jatuh hati pada kebaikannya. Akhirnya mereka menikah, walaupun banyak jendral Belanda sangat iri hati pada Gicjk. Ros memang harus menikah dengan Gicjk karena ia ingin terlindungi dari para penguasa asing yang ingin mengganggunya.
 Setelah menikah, Ros menjadi istri sah dari Gicjk dan menjalani hidup dalam kesederhanaan. Ros meminta kepada Gicjk untuk berhenti menjadi anggota VOC, dia tak mau terlibat lagi dalam kongsi perdagangan yang banyak merugikan penduduk pribumi.Tak bisa dipungkiri, itulah rasa hati Gicjk kepada Ros. Gicjk memutuskan untuk tidak ikut serta dalam memonopoli perdagangan yang serakah tersebut. Keadaan sungguh memburuk, ancaman dari para jendral menghantui rumah tangga Ros dan Gicjk. Sangat sering para penduduk dan penguasa asing itu menyelendupkan dirinya untuk bertemu Ros bahkan menggodanya. Gicjk pun tak segan-segan mengusir bahkan menodongkan senjatanya untuk mengusir para penggoda tersebut. Gicjk tak pernah takut akan ancaman itu, ia sangat mencintai Ros dan ingin melindunginya. Sekali-kali Gicjk pernah meminta Ros untuk pergi bersamanya ke negeri Belanda dan hidup bersama. Namun Ros menolaknya, ia tak bisa pergi dari daerah ini sebelum semua penjelasan akan benak dipikiran Ros terpecahkan. Cobaan terbesar dalam kehidupan Gicjk adalah melindungi istri tercintanya.
            Hampir 10 tahun menikah akhirnya ia memiliki seorang putra yang sangat luar biasa. Namanya Robert, anak dari Van Dour Gicjk dengan Roushyela. Kebahagiaannya harus terputus, ketika Gicjk dianggap sebagai penghianat oleh Jendral Kounkock. J.Kounkock dikenal sebagai gubernur jendral yang berani dan kejam serta ambisius.  J.Kounkock pun mengetahui pesona Roushyela yang membuatnya ingin selalu bertemu dengan Ros. Tak segan ia pun berani meminta dijadikannya istri kepada Gicjk.  Gicjk kemudian memutuskan untuk berlabuh kedaerah yang lebih aman secepatnya. Ia terus membujuk Ros untuk segera pergi, dan Ros memutuskan untuk pindah berlabu diluar pulau jawa.
 Mereka pergi diam-diam ditengah malem tanpa ada satupun orang yang melihat. Mereka berlayar untuk pergi dari luar pulau jawa menuju Makasar, daerah yang dianggap mereka aman. Merekapun memulai kehidupan baru disana, membesarkan anak dan mendidiknya. Ros yang semakin hari semakin menampakan wajah asrinya, wajah tua tidak sedikitpun nampak diwajahnya. Berbalik dengan Gicjk, hari demi hari ia mulai menampakkan wajah tua nya, Robert pun mulai tumbuh menjadi dewasa. Kabar yang selalu terdengar ditelinga mereka yaitu tentang kemerajalelaan VOC dipulau Jawa, bahkan mulai menyentuh ke pulau Sulawesi. Kabar yang ia dapat sangat lambat didengar, kenyataannya perlawanan VOC sudah menduduki daerah yang ditempati oleh mereka.
 Gicjk pergi meninggalkan Ros dan Robert karena ia dipanggil jendral untuk menemuinya di Jakarta. Setelah Gicjk pergi, rasa gelisah yang Ros rasakan semakin memuncak. Ia takut akan pemberontakan VOC yang banyak diperbincangkan oleh  penduduk bahwa VOC sudah melancarkan kekuasaannya ke Makasar. Keberadaan Ros di Makasar mendukung peluncuran belanda semakin kuat, ditambah kelicikan Jendral Kounkock yang membodohi Gicjk, agar Ros dapat ditangkap dan dijadikan istri olehnya. Kabar ini sontak membuat Ros kaget dan takut. Benar-benar dilakukannya pemberontakan VOC , Raja dan rakyatpun mulai melakukan perlawanan.  Namun Ros tak tau harus berbuat apa selain melindungi anaknya. Ia tidak akan keluar atau pergi, sebelum suaminya pulang menjemputnya. Namun ambisi J.Kounkock untuk memperistri Ros tak pernah berhenti, ia tak sungkan menyuruh pasukannya untuk memfokuskan mencari Ros. Akhirnya setengan pasukan Belanda yang dikirim ke Makasar mengetahui kediaman Ros beserta anaknya  dan merekapun segera menuju rumah Ros.
 “Sayang....., apapun yang terjadi ibu akan selalu bersamamu, kau jangan takut, ok? I love you so much” ucap Ros kepada Robert.
 Sang anak hanya menganggukkan kepalanya dan memeluk erat ibunya. tak lama kemudian suara gemuruh sepatu para pasukan mulai berdatangan dan menyerbu pintu masuk yang berada dihadapan Ros. Berpalinglah Robert kearah belakang ibunya
“Mau apa kalian? Pergi.. kumohon pergi...” teriakan Ros kepada pasukan Belanda itu.
 “Kau menyuruh kami pergi? Bilang dulu kepada Jendral Kounkock” ujur salah satu pasukan Belanda yang berjalan perlahan menuju Ros.
 “Aku mohon kalian keluar, kalian mau apa? Di di dimana suamiku? Dimana?katakan!”
“Suamimu sudah menjadi bangkai disana, sudahlah kau tak usah bersedih. Kau akan hidup menjadi pemaisyuri Jendral dan hidup bahagia disana” para pasukan  mulai mengepung Ros dan anaknya.
“Gicjk....tolong aku ...” ujur teriakan Ros.
“Jangan sentuh anakku.. jangan sentuh Dia...!!!”
Robert pun dia bawa pergi oleh salah satu pasukan Belanda itu, Ros bergegas mengejar Robert keluar setelah suara tembakan menguasai rumah mereka. terjatuhlah Ros ketika melihat berlumuran darah didahi Robert.  Melihat kearah sungai Ros langsung bangkit dan berlari kearah sungai itu.
“Heey Ros! apa yang kau lakukan, kami mohon jangan lakukan itu”. Ucap pasukan dengan suara yang lantang.
“Untuk apa aku mengikuti kalian? Untuk menjadi istri dari jendral kalian? Aku tak sudi! Lebih baik aku mati! Suami dan anakku sudah menantiku disana. Jadi percuma kalian membunuh suami dan anakku, aku juga akan mati bersama mereka” teriakan Ros yang mengakhiri hidupnya.
Kecantikan dan pesona Ros tak akan pernah  pudar walau air membasahinya. Dia tak tau apa yang terjadi, kematian Ros bukan untuk kehidupan 450 tahun ini. Ia tak pernah tau bagaimana ia dihidupkan kembali didunia barunya atau bahkan tek pernah ada lagi kehidupan baginya. Namun, kisahnya akan tetap dikenang sebagai kisah perjalanan waktu Roushyela.
***
“Dok, pasien ini mulai sadar” ucap salah seorang suster.
“Oke, biar saya chek”
Terbukalah dunia baru bagi Ros.
 “Dimana aku? Suami dan anak ku? dimana mereka suster?”
“Mba, mba dirumah sakit. Mba koma sangat lama, sebelum rumah sakit ini dibangun mba memang sudah koma dirumah sakit yang lain, namun mba dipindahkan baru 7 tahun yang lalu. Setau saya mba seorang diri, banyak orang yang bertanya-tanya tentang diri mba ” ucap suster itu sampai membuat Ros merasakan bingung yang amat membingungkan.
“Ta ta tapi .. ini dimana ? dan tahun berapa sekarang?”
“Mba di rumah sakit. Rumah sakit ini sudah dibangun sejak zaman Belanda. dan sekarang mba sudah sadar ditahun 2416, itu kalendernya. mba tau? Ada Dokter yang merawat mba. Kayaknya dokter jatuh cinta dengan mba sampai-sampai dia mau merawat mba dengan khusus. Iyaudah mba saya mau keluar dulu, Cepat sembuh yah mba, pasti dokter sangat senang melihat mba” Suster itu pergi, dan tak lama kemudian seorang dokter yang tampan dan penuh wibawa itu memasuki ruang kamar Ros.
“Gicjk... ?” terkaku gugup tatapan mata Ros melihat sang Dokter.
“Hai, bagaimana keadaanmu, saya Alan. Saya salah satu dokter yang merawat kamu, senang akhirnya kau sadar juga. Kau ingat siapa namamu?”
“ Alan??  namaku Ros, Roushyela...................................................................................................................”
***
Kehidupan Ros tak tertuju arah, ia hanya mengikuti garis waktu yang diberikan Tuhan. Perjalanan waktu yang ia tuntun di tahun 2016, 1616, 2416 hingga tak tau sampai kapan dia hidup atau bahkan detak jantung sudah tak berdetak. Tak pernah menginginkan rasa bahagia, karena dia tau kebahagiaannya hanya khayalan baginya.
















Fakta Mengejutkan tentang Patrick Star

Apakah kalian pencinta kartun SpongeBob? Tentu kalian sudah bisa membayangkan jika kartun spongebob bukan hanya tentang si kuning, tapi juga...