Rabu, 19 Februari 2020

HIV dan AIDS, apakah sama? Atau berbeda?



Kenali HIV dan AIDS!



Membicarakan mengenai HIV dan AIDS cukup menarik untuk dibahas, walaupun tidak asing di telinga banyak orang tentang HIV dan AIDS. Namun, ada beberapa orang pun yang masih asing dengan perbedaan dan pemahamannya. saya bertanya dengan 10 kawan saya tentang HIV dan AIDS. Ternyata 3 orang masih ragu, 3 orang mampu menjawabnya, dan 4 orang masih belum memahami tentang HIV dan AIDS. Jadi, apakah HIV dan AIDS itu? Apakah keduanya sama atau berbeda?
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejeni virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama Limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya orang nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan system kekebalan yang terganggu (orang yang terkena HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun.
Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetic adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdapat dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2, masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtype, dan masing-masing subtype secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Dianara grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia grup HIV-1.
Sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan tubuh untuk mellindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan penyakit. AIDS melemahkan dan merusak system pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanglah berbagai virus yang lain. HIV adalah jenis parasite obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam selaput media hidup. Seseorang pengidap HIV lambat laut akan jatuh ke dalam kondisi AIDS apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Keadaan infeksi ini dikenal dengan infeksi oportunistik.
HIV bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh, hubungan seks tanpa pelindung (kondom) atau pengguna jarum suntik bersama. Dan juga, seorang ibu hamil yang terkena HIV dapat menularkan HIV kepada anaknya saat kehamilan atau ibu yang sedang menyusui anaknya.
Dan apabila sesorang menularkan HIV, selama 3-6 bulan dalam darahnya, secara umum belum ditemukan HIV (test darah negative), setelah 3-6 bulan, test darahnya akan menunjukan HIV+, dan selama 5-10 tahun kemudian, bila tidak diobati akan timbul gejala-gejala AIDS meliputi letih, lesu, serta badan menurun drastic, demem lebih dari 1 bulan, diare lebih dari 1 bulan, sesak napas, pembesaran kelenjar getah bening, sariawan yang lama, penyakit kulit (Sarcoma Kaposi), dan infeksi-infeksi lainnya.
AIDS adalah penyakit yang menular, bukan penyakit turunan. Sampai sekarang belum ditemukan obat yang dapat mematikan virus AIDS, namun sudah ada obat ARV yang dapat memperlambat perkembangan virus dalam tubuh. Dan virus  HIV dapat menularkan disetiap kalangan, terutama yang sedang maraknya adalah remaja. Remaja adalah asset berharga sebuah bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Apabila generasinya rusak, maka rusak pula negaranya. Maka lebih berhati-hatilah dalam menjaga diri, periksa diri anda secara teratur sehingga bisa menolong diri anda, lingkungan, dan bangsa.

Daftar pustaka :
Rumah sakit St, ELISABETH, 2018, https://rs-elisabeth.com/artikel-bahaya-aids/  di akses pada hari selasa, 18 Febuari 2020 pukul 14.30 WIB
Puspita, Ariska Anggraini, 2019, jangan salah memahami , ini bedanya HIV dan AIDS, https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/01/101700565/jangan-salah-memahami-ini-beda-hiv-dan-aids?page=all#page4, di akses pada hari Rabu, 19 Febuari 2020 pukul 09.00 WIB

Kamis, 13 Februari 2020

Stop catcalling!

Catcalling, membunuhku.




Pernah enggak sih, saat kamu mau berjalan keluar rumah,  mungkin hanya jalan sedikit ke depan untuk pergi ke warung atau memang ada keperluan yang mengharuskan pergi keluar rumah. Dan tiba-tiba kalian balik lagi pulang ke rumah, bukan karena ada barang yang ketinggalan, tapi karena menghindari dari siutannya laki-laki, yang biasa disebut catcalling.
Catcalling bisa digambarkan sebuah perilaku yang biasanya dilakukan oleh kaum pria untuk memanggil atau menggoda seseorang (khususnya perempuan) ketika sedang berada di jalan. kaum laki-laki mungkin menganggap itu semua hanya sebuah keisengan saja yang dilakukan secara spontan, sambil tertawa atau senyum dengan gaya jahil merekal, dan mereka melakukan itu kepada perempuan yang bahkan tidak mengenalinya. Secara tidak langsung, perilaku ini bisa dikatakan  sebuah pelecehan seksual dengan konteks verbal yang dilakukan di jalan, atau street harassment. Yang saya liat, mereka merasa sangat senang bisa melakukan catcalling, tanpa pernah berfikir dampak yang ditimbulkan akibat catcalling yang mereka lakukan.
Saya meminta pendapat teman-teman perempuan saya mengenai catcalling,
“tau gak sih, mereka kalau catcalling itu ganggu banget dan masuk kedalam seksual harassment (streer harassment), Secara sadar atau tidak sadar mereka ngelakuin pelecehan seksual. Bisa gak sih cowok mulutnya direm sedikit. Kalau cowok yang tau sopan santun, attitude mah aku yakin sih gak bakalan tuh ngelakuin kayak gitu. Tapi kadang juga ada yang udah tau catcalling tuh masuk kedalam sexual harassment tapi masih aja dia lakuin. Sayangnya hal kayak gini masih dianggap sepele. Malah kadang si cowok yang ngelakuin catcalling ini malah dibela dan dibelanya bukan sama sesame cowok aja, tapi kadang sama ‘cewek’ juga, jadi miris gitu” ,

“aku pernah dalam situasi catcalling pas aku lagi jalan, yang aku rasain saat itu, aku takut, mendadak cemas, dan rasa rishi itu selalu ada”,

“yah aku sebel banget, ngerasa rishi aja… bahkan bener, aku kalou jalan  terus di depannya liat rombongan cowok, aku puter balik arah, ngindarin mereka biar gak diiisengin  atau digodain”.

Kalimat di atas merupakan pengakuan dari beberapa teman perempuan saya mengenai catcalling yang pernah mereka alami. Saya bisa tangkap dari ungkapan mereka mengenai catcalling ini sangat mengganggu mereka, membuat mereka risih, takut, menurunkan kepercayaan diri mereka, bahkan ada yang sampai mengalami trauma jika berjalan sendiri melewati sekumpulan laki-laki. saya pribadi pernah mengalami itu, dan sangat mengganggu buat saya. Walaupun saya mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu hanya bermotif  gurauan saja, tetapi  tetap saja  dampak yang ditimbulkan besar bagi para korban catcalling. Ada juga sebagian orang (perempuan) yang memang menganggap catcalling itu biasa. Maka dari itu,  catcalling ini sering dianggap biasa atau lumrah di Indonesia, terutama di perkampungan. Walaupun ini bersifat pelecehan seksual secara verbal, tetapi catcalling di Indonesia belum ditindak secara hukum. Karena tindak hukum yang berlaku di Indonesia masih berfokus pada pelecehan seksual yang bersifat fisik.
Ada beberapa negara yang sudah memberlakukan hukum yang cukup ketat untuk para pelaku pelecehan di jalanan, seperti Portugal yang memberikan hukuman kepada mereka yang terbukti bersalah akan menghadapi hukuman setahun penjara atau sampai tiga tahun jika korban pelecehan berusia kurang dari 14 tahun. Kemudian di Amerika Serikat, mesti terkenal negara yang bebas tetapi negara ini mempunyai hukuman yang kuat untuk mengatasi para pelaku pelecehan seksual di jalanan, seperti di kota New York yang memberlakukan hukuman denda sebesar 250 Dollar atau setara dengan 3 juta Rupiah. Dan masih ada beberapa negara lainnya yang sudah memberlakukan hukum yang kuat terhadap pelecehan seksual di jalanan.
Karena dianggap hal yang lumrah, mungkin karena itupula hal semacam ini belum begitu diseriuskan oleh pemerintahan Indonesia untuk pemberlakuan hukum mengenai pelecehan seksual secara verbal ini. kalau begitu, apakah ada cara lain untuk menghukum pelaku yang sering berbuat catcalling? Adakah solusi lain untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalisirkan catcalling yang masih sering terjadi? Bagaimana pendapat anda?
Perlu kalian ketahui untuk kalian yang pernah atau sering melakukan catcalling, kami merasa terganggu, kami takut, rishi, bahkan trauma. Jadi tolong, stop lelucon yang sama sekali tidak lucu itu.


Minggu, 02 Februari 2020

Taukah kalian agama Kapitayan?


Agama Kapitayan yang Jarang Diketahui








Banyak yang beranggapan bahwa agama nenek moyong kita khususnya di tanah jawa itu adalah animisme dan dinamisme. Yaitu kepercayaan terhadap hal-hal yang mempunyai kekuatan ghaib (roh) dan kepercayaan terhadap benda-benda alam, seperti batu, grumbul dan sebagainya. Padahal taukah kalian, ada kepercayaan yang sudah ada jauh sebelum adanya kepercayaan animisme dan dinamisme itu muncul, yaitu kepercayaan monotheisme. Adalah kepercayaan terhadap satu Tuhan yang dikenal sebagai ajaran dari kapitayan. Ajaran kapitaiyan adalah ajaran yang menyembah satu Tuhan yang biasa mereka panggil sebagai Sang Hyang Taya, yang bermakna hampa atau kosong. Taya bermakna absolut, yang tidak bisa diperkirakan dan dibayang-bayangkan, tidak bisa diketahui oleh pacaindra. Sang Hyang Taya juga digambarkan mempribadi dalam nama dan sifat ilahiah yang disebut TU atau TO yang bermakna daya ghaib, tunggal dalam Dzat atau juga dikenal sebagai Sang Hyang Tunggal.
Ajaran monotheisme ini sama dengan ajaran tauhid yang dibawa oleh nabi Adam dan diperkirakan terus meluas serta diseberluaskan oleh pengikut nabi Nuh hingga ke Nusantara, khususnya di tanah jawa. Konsep ajaran ini adalah untuk beribadah kepada Sang Hyang Taya, rohaniwan kapitayan melangsungkan peribadahan disuatu tempat yang bernama sanggar. Yaitu bangunan persegi empat yang beratap tumpeng dengan tutuk atau lubang ceruk di dinding sebagai lambing kehampaan Sang Hyang Taya. Ini yang kita kenal sampai sekarang dengan kata sembahyang (menyembah kepada Sang Hyang Taya). Lebih lanjut dalam ritual sembahyang, para rohaniwan kapitayan mula-mula melakukan cara berdiri tegak menghadap tutuk dengan kedua tangan diangkat ke atas dengan maksud menghadirkan Sang Hyang Taya di dalam hati. Setelah merasa Sang Hyang Taya bersemayam di hati, kedua tangan diturunkan dan didekapkan di dada tepat di hati. Posisi ini disebut sebagai swa-dikep atau memegang keakuan diri pribadi. Proses berdiri tegak ini dilakukan dalam tempo yang relative lama. Setelah berdiri selesai, sembahyang dilanjut dengan posisi membungkuk memandang ke bawah yang juga dilakukan dalam tempo yang relative lama. Setelah proses tersebut, selanjutnya melakukan bersimpuh dengan kedua tumit diduduki. Terakhir mereka melakukan bersujud seperti bayi dalam perutnya.
            Masyarakat jawa dulu sudah mengenal konsep ketuhanan, yaitu agama kapitaiyan, bukan sekedar animisme. Meskipun secara ritual masyarakat awam pemeluk agama kapitaiyan seperti ritual dalam kepercayaan animisme. Ini yang disalah artikan dan dianggap keliru oleh sejarawan Belanda sebagai kepercayaan animisme dan dinamisme. Alasanya karena penamaan Sang Hyang Taya oleh orang jawa yang awam didefinisikan dalam satu kaliamat “Tan Kena Kinaya ngapa” atau bisa juga diartikan tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya. Untuk itu agar bisa disembah, Sang Hyang Taya mempribadikan dalam nama sifat yang disebut TU atau TO yang bermakna “daya gaib” yang bersifat Adikodrati. Olehkarena itu kekuatan gaib terlihat dari benda-benda yang bernamakan TU atau TO, seperi wa-TU, TU-gu, TU-lang, TU-nggul, TU-ak, TU-k, TU-ban, TU-mbak, TU-nggak, TO-peng, TO-san, TO-pong, TO-parem, TO-wok, TO-ya. Dalam melakukan bhakti memuja Sang Hyang Taya, orang menyediakan sesaji berupa TU-mpeng, TU-kung, TU-d kepada Sang Hyang Taya melalui sesuatu yang diyakini memiliki kekuatan gaib. Padahal ajaran kapitayan adalah ajaran yang berprinsip memiliki keyakinan kepada Sang Hyang Taya, yang bermakna Hampa atau Kosong atau Suwung dan bisa juga Awung-uwung. Dialah Dzat Yang Maha Kuasa dan Pencipta segala sesuatu.
Jika seorang hamba pemuja Sang Hyang Taya yang dianggap saleh akan dikaruniai kekuatan gaib yang bersifat possitif (TU-ah) dan bersifat negative (TU-lah). Mereka yang sudah dikaruniai TU-ah dan Tu-lah itulah yang dianggap berhak menjadi pemimpin suatu masyarakat. Dan mereka itu yang disebut sebagai ra-TU dan dha-Tu (cikal bakal gelar Ratu dan Datu para pemimpin Kerajaan Nusantara). Mereka yang sudah dikaruniai TU-ah dan TU-lah, gerak-gerik kehidupannya akan ditandai oleh kekuatan rahasia Ilahi Sang Hyang Taya yang tersembunyi. Itulah sebabnya, ra-Tu atau dha-TU, menyebut dirinya dengan kata gani PI-nakahulun. Jika berbicara disebetu PI-dato, jika mendengar disebut PI-harsa, jika mengajar pengetahuan disebut PI-wulung, jika memberi petuah disebut PI-tutur, jika bertanya disebut PI-takon, jika memancarkan kekuatan disebut PI-deksa, jika mereka meninggal disebut PI-tara. Sehingga seorang ra-Tu dan dha-TU, adalah sebuah pengejawantahan kekuatan gaib Sang Hyang Taya, seorang ra-TU dan dha-TU adalah citra Pribadi Sang Hyang Taya.
 Yang menarik, bahwa konsep Hyang adalah asli dari system kepercayaan dari masyarakan Nusantara, khusunya penduduk tanah jawa. Bukan konsep yang berasal dari ajaran Hindu ataupun Budha dari India. Kata Hyang dikenal dalam bahasa Melayu, Kawi, Jawa, Sunda dan Bali sebagai keberadaan Adikodrati supernatural yang tidak terlihat dalam mitologi Jawa Kuno . Ajaran ini juga ada jauh sebelum Islam dan agama-agama lain muncul.
Sedikit membahas mengenai istilah agama, istilah agama sudah ada sejak zaman nabi Nuh, karena banyak pengikut nabi Nuh yang mulai menyebarkan keyakinan dan ajaran yang tidak bersandarkan pada ajaran nabi Nuh kala itu. Saat memasuki Nusantara, untuk menamakan istilah  kepercayaan yang dibawakan oleh nabi Nuh maka orang-orang menyebutnya dengan kata agama, agama Jatisunda atau Wiwitan, atau Kapitaiyan.
Namun, amat disayangkan dengan perkembangan zaman yang begitu cepat mengalami perubahan yang begitu drastis, agama kapitayan sebagai tuan rumah pernah ditekan hebat oleh tamunya saat masa-masa kerajaan yang mulai mengenal agama baru, seperti agama Hindu dan Budha yang merangkul para penguasa dan menekan golongan penganut kapitayan. Kemudian muncul lagi pembawa kepercayaan lain, Islam pada masa Kerajaan Demak. Mereka melakukan penetrasi hingga sekarang. Dan terakhir di zaman Kolonial, penganut agama Nasrani yang mendapat tempat elite di sosial kemasyarakatan dan lainnya.
Walau agama Kapitayan sudah tertinggal jauh di generasi sekarang, tetapi jika kita menelusuri lebih dalam ajaran ini, khususnya di tanah jawa, pasti masih dikenal oleh sebagian orang. Namun dampak yang masih bisa kita rasakan dari agama ini adalah, konsep dari pengisitilahan nama seperi, sembahyang, batu yang dominan diyakini orang untuk memiliki kekuatan gaib (jimat), penggunaan istilag Ratu atau Dhatu, dan istilah-istilah lainnya yang diyakini sebagai bagian konsep keyakinan ajaran dari agama Kapitayan. Saya harap, kita perlu mengetahui ajaran yang pernah menjadi tuan rumah dari kepercayaan orang Indonesia jauh sebelum agama-agama lainnya bermunculan, bahkan sebelum ajaran animisme dan dinamisme itu ada. Karena sebagimanapun, itu adalah sebuah sejarah yang besar mengenai suatu keyakinan yang pernah mendiami rumah kita, Indonesia.





daftar pustaka:
El-Jaquene, Fery T. 2019. Asal Usul Orang Jawa: Araska Publisher.

Fakta Mengejutkan tentang Patrick Star

Apakah kalian pencinta kartun SpongeBob? Tentu kalian sudah bisa membayangkan jika kartun spongebob bukan hanya tentang si kuning, tapi juga...