Kamis, 13 Februari 2020

Stop catcalling!

Catcalling, membunuhku.




Pernah enggak sih, saat kamu mau berjalan keluar rumah,  mungkin hanya jalan sedikit ke depan untuk pergi ke warung atau memang ada keperluan yang mengharuskan pergi keluar rumah. Dan tiba-tiba kalian balik lagi pulang ke rumah, bukan karena ada barang yang ketinggalan, tapi karena menghindari dari siutannya laki-laki, yang biasa disebut catcalling.
Catcalling bisa digambarkan sebuah perilaku yang biasanya dilakukan oleh kaum pria untuk memanggil atau menggoda seseorang (khususnya perempuan) ketika sedang berada di jalan. kaum laki-laki mungkin menganggap itu semua hanya sebuah keisengan saja yang dilakukan secara spontan, sambil tertawa atau senyum dengan gaya jahil merekal, dan mereka melakukan itu kepada perempuan yang bahkan tidak mengenalinya. Secara tidak langsung, perilaku ini bisa dikatakan  sebuah pelecehan seksual dengan konteks verbal yang dilakukan di jalan, atau street harassment. Yang saya liat, mereka merasa sangat senang bisa melakukan catcalling, tanpa pernah berfikir dampak yang ditimbulkan akibat catcalling yang mereka lakukan.
Saya meminta pendapat teman-teman perempuan saya mengenai catcalling,
“tau gak sih, mereka kalau catcalling itu ganggu banget dan masuk kedalam seksual harassment (streer harassment), Secara sadar atau tidak sadar mereka ngelakuin pelecehan seksual. Bisa gak sih cowok mulutnya direm sedikit. Kalau cowok yang tau sopan santun, attitude mah aku yakin sih gak bakalan tuh ngelakuin kayak gitu. Tapi kadang juga ada yang udah tau catcalling tuh masuk kedalam sexual harassment tapi masih aja dia lakuin. Sayangnya hal kayak gini masih dianggap sepele. Malah kadang si cowok yang ngelakuin catcalling ini malah dibela dan dibelanya bukan sama sesame cowok aja, tapi kadang sama ‘cewek’ juga, jadi miris gitu” ,

“aku pernah dalam situasi catcalling pas aku lagi jalan, yang aku rasain saat itu, aku takut, mendadak cemas, dan rasa rishi itu selalu ada”,

“yah aku sebel banget, ngerasa rishi aja… bahkan bener, aku kalou jalan  terus di depannya liat rombongan cowok, aku puter balik arah, ngindarin mereka biar gak diiisengin  atau digodain”.

Kalimat di atas merupakan pengakuan dari beberapa teman perempuan saya mengenai catcalling yang pernah mereka alami. Saya bisa tangkap dari ungkapan mereka mengenai catcalling ini sangat mengganggu mereka, membuat mereka risih, takut, menurunkan kepercayaan diri mereka, bahkan ada yang sampai mengalami trauma jika berjalan sendiri melewati sekumpulan laki-laki. saya pribadi pernah mengalami itu, dan sangat mengganggu buat saya. Walaupun saya mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu hanya bermotif  gurauan saja, tetapi  tetap saja  dampak yang ditimbulkan besar bagi para korban catcalling. Ada juga sebagian orang (perempuan) yang memang menganggap catcalling itu biasa. Maka dari itu,  catcalling ini sering dianggap biasa atau lumrah di Indonesia, terutama di perkampungan. Walaupun ini bersifat pelecehan seksual secara verbal, tetapi catcalling di Indonesia belum ditindak secara hukum. Karena tindak hukum yang berlaku di Indonesia masih berfokus pada pelecehan seksual yang bersifat fisik.
Ada beberapa negara yang sudah memberlakukan hukum yang cukup ketat untuk para pelaku pelecehan di jalanan, seperti Portugal yang memberikan hukuman kepada mereka yang terbukti bersalah akan menghadapi hukuman setahun penjara atau sampai tiga tahun jika korban pelecehan berusia kurang dari 14 tahun. Kemudian di Amerika Serikat, mesti terkenal negara yang bebas tetapi negara ini mempunyai hukuman yang kuat untuk mengatasi para pelaku pelecehan seksual di jalanan, seperti di kota New York yang memberlakukan hukuman denda sebesar 250 Dollar atau setara dengan 3 juta Rupiah. Dan masih ada beberapa negara lainnya yang sudah memberlakukan hukum yang kuat terhadap pelecehan seksual di jalanan.
Karena dianggap hal yang lumrah, mungkin karena itupula hal semacam ini belum begitu diseriuskan oleh pemerintahan Indonesia untuk pemberlakuan hukum mengenai pelecehan seksual secara verbal ini. kalau begitu, apakah ada cara lain untuk menghukum pelaku yang sering berbuat catcalling? Adakah solusi lain untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalisirkan catcalling yang masih sering terjadi? Bagaimana pendapat anda?
Perlu kalian ketahui untuk kalian yang pernah atau sering melakukan catcalling, kami merasa terganggu, kami takut, rishi, bahkan trauma. Jadi tolong, stop lelucon yang sama sekali tidak lucu itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fakta Mengejutkan tentang Patrick Star

Apakah kalian pencinta kartun SpongeBob? Tentu kalian sudah bisa membayangkan jika kartun spongebob bukan hanya tentang si kuning, tapi juga...