Selasa, 03 Maret 2020

Yuk nge-Teh yang beneran Teh

Liburan berwawasan: Edukasi dan Tanam Teh Bareng Petani



CIANJUR- minuman yang sangat sakral di China dan di Jepang ini ternyata berbanding terbalik di negera kita Indonesia. Ini bisa dilihat dari minimnya pengetahuan konsumen tentang teh itu sendiri dan minimnya kesejahteraan para petani teh di Indonesia. Termasuk saya sendiri yang kurangnya pengetahuan tentang minuman berkhasiat tersebut.

Saat ditanya kenapa saya mengikuti kegiatan Edukasi dan Tanam Teh Bareng Petani yang dilakukan pada hari Minggu, (02/03/20), kemarin? Jawaban saya, karena saya suka minum teh, makadari itu saya ingin tidak hanya sekedar penyuka teh saja, tetapi saya ingin mengetahui lebih dalam seputar dunia teh, khususnya terjun langsung di perkebunan teh Pasir Canar, Cianjur, bersama para petani teh
.
“kira-kira kalau saya mempekerjakan kamu sebagai pemetik teh, kamu mau digajih berapa?” kata pak Redha selaku kepala dari SIla Tea House.
“hm…. mungkin Saya akan meminta Rp.100.000,00 per kilogram” jawab saya.
“kalau gitu, saya tidak akan mempekerjakan kamu sebagai pemetik teh di kebun teh saya” tegas Beliau. Pertanyaan itu sekaligus membuka pembicaraan kami dalam perjalanan dari Bogor menuju Pasir Canar, Cianjur.

Sontak saya menjadi bertanya-tanya, kenapa bapak tidak mau mempekerjakan saya?
Alih-alih jawaban Beliau membuat saya berfikir jauh “saya tidak akan mempekerjakan kamu dengan gajih yang kamu minta, karena nyatanya para pemetik teh asli  hanya mendapatkan upah memetik teh sebesar Rp.1.500,00 perkilo untuk pemetik pucuk teh yang baik, dan RP.800,00 per kilo  untuk pemetik daun teh yang ke empat setelah pekoe (tiga pucuk daun teh terbaik)”.

Kurangnya edukasi yang minim tentang teh membuat saya hanya sebagai penyuka minuman yang beraroma teh, bukan penikmat minuman teh sesungguhnya. Pasalnya, minuman yang saya sukai itu bukanlah teh asli, tetapi ampas atau bubuk dari teh bahkan sampai batang teh yang dimanfaatkan oleh perusahaan yang memproduksi sisa-sisa daun teh menjadi minuman teh celup atau serbuk yang siap diperjualbelikan dengan harga yang murah, seragam, tapi berkualitas rendah. Biasa dikenal dengan sebutan teh CTC, yang diproses dengan pengolahan mesin “hancurkan, robek, dan gulung”. Hasil dari proses pengolahan ini yang nanatinya dicampurkan  untuk teh campuran atau kantong teh, dan teh ini dapat disedu dengan cepat, hanya dalam dua sampai tiga menit.
 Teh asli yang didapat dari pucuk duan teh akan menghasilkan rasa teh yang sudah memiliki cita rasa manis didalamnya dan terdapat kandungan khasiat yang baik di dalam pucuk teh tersebut. Maka tidak heran minuman teh yang berkualitas terdapat pada pucuk daun teh, dan upah yang didapatkan para pemetik teh juga berbeda. Kesejahteraan para petani dan pemetik terdapat pada banyaknya minat konsumen terhadap teh yang berkualitas.
Saya sangat mengapresiasikan kegiatan yang dilakukan oleh Sila Tea House. Sila Tea House merupakan suatu bentuk kecintaan mereka terhadap teh. Misi mereka adalah berkonstribusi untuk meningkatkan cita teh Indonesia dan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat menikmati kualitas teh terbaik dari negeri sendiri dan mendapatkan manfaat secara layak., dengan menyediakan hanya teh pilihan kualitas terbaik the asli Indonesia.


Sila mempunyai slogan “Inovasi dan Edukasi”. Terbukti dengan banyaknya pengembangan racikan teh yang telah mereka buat, seperti Silver Needle, Glorious White, Golden Needle, White Peony, Lemongrass Green, Authentic Jasmine, Levare Black, Radianty Yellow, Fresh’o Green, Mojang Geulis, Asian Unitea, Sinensis Red, Prime Black, Lemongrass Black, Srikantea. Sila juga menerapkan edukasi dengan diadakannya kelas wawasan, kampanye dengan memanfaatkan media sosial (Instagram), dan juga diadakannya kampanye langsung kegiatan Edukasi  dan Tanam Teh Bareng Petani yang mengusung tema “Liburan Berwawasan”. Kampanye ini menginisiasikan kampanye 1 cup/pot + Rp. 1000 = 1 bibit teh yang telah dilakukan selama empat bulan lalu dan masih terus berlanjut hingga target tecapai. Para petani sudah menyiapkan bibit teh-nya dan tetap akan melakukan penanaman bersama kami. Diharapkan penanaman ini sebagai bentuk rasa peduli kita terhadap para petani teh di Indonesia untuk tetap mencintai teh, menanamnya, merawatnya, hingga menghasilkan pucuk teh yang berkualitas.


“Lalu, taukah kalian mengapa sudah beberapa tahun kebelakang ini puncak sering terjadi longsor?” Tanya pak Redha melanjutkan diskusi.
“itu terjadi karena lahan teh yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dinding tanah sudah kehilangan penguatnya, yaitu akar dari kebun teh. Para petani teh mengalihkan fungsi lahannya menjadi ladang untuk ditanami sayur mayur, karena merosotnya penjualan teh di pasar. Itulah sebabnya sering terjadi longsor di puncak. Tidak bisa disalahkan, karena para petani puncak hidup dengan mengandalkan penjualan di pasar. Jika penjulan teh tinggi, maka para petani teh akan menanam teh di kebun mereka. Tentunya, dengan penanaman bibit yang baik, untuk menghasilkan pucuk teh terbaik”, jelas pak Redha.

Pasir Canar merupakan tempat perkebunan teh yang akan kita tanami. Dan kami dibimbing langsung oleh Pak Ferry, selaku pemilik perkebunan teh Pasir Canar.
Setelah tiba di tempat, kami langsung di ajak untuk melihat perkebunan teh beliau. Dengan diberikannya penjelasan seputar perkebunan teh yang beliau jalankan. Kamipun diajak untuk melihat proses pengolahan teh di pabrik beliau. Setelah isoma, kegiatan kami dilanjutkan dengan penanaman bibit teh di kebunnya pak Ferry. Sungguh menyenangkan bisa mengikuti langsung proses penanaman ini bersama para petani teh.
 
(1000 bibit teh)

(Edukasi langsung di kebun teh)

(Pabrik teh pasir canar)





(Penanaman bibit teh)

Kegiatan selanjutkan, kami diperlihatkan secara langsung pembuatan teh dengan salah satu racikan yang Sila sudah siapkan. Kami diperkenankan untuk meminum beberapa teh berkualitas yang sudah mereka sedu. Dengan teknik, cara meminumnya “diseruput”, aromanya, dan khasiatnya. Saya baru saja menikmati ketenangan saat menghirup dan meminum teh-teh tersebut.

Tidak heran, harga memang mempengaruhi. Tetapi kualitas dan manfaat-pun sangat mempengaruhi. Terlebih, untuk kesejahteraan para petani teh yang sudah merawat teh hingga menghasilkan pucuk teh yang terbaik. Seharusnya memang patut untuk para petani teh mendapatkan kesejahteraan.
Kegiatan ini benar-benar membuka pikiran saya tentang minuman lagenda ini. Teh merupakan minuman yang dapat diminum dalam jumlah yang banyak, dengan segala kerumitannya yang ada, teh menawarkan estetikanya, ketenangannya, dan juga teh merupakan kehidupan penting untuk para petani teh, dan kehidupan penting untuk alam.
Cintai teh, dengan membuka pikiran anda, bukan hanya sekedar meminum ampas teh, tetapi nikmatilah teh yang sudah para petani siapkan dengan kualitas yang baik. Sehingga, andapun bisa mencintai alam.


3 komentar:

Fakta Mengejutkan tentang Patrick Star

Apakah kalian pencinta kartun SpongeBob? Tentu kalian sudah bisa membayangkan jika kartun spongebob bukan hanya tentang si kuning, tapi juga...