Nilai-Nilai Budaya yang Dianut Masyarakat
Indonesia
Sejak zaman kita duduk di bangku sekolah, definisi budaya selalu
dibahas dalam pertemuan awal pada mata pelajaran Seni Budaya. Lamanya saya
belajar tentang budaya, saya mendapatkan pemahaman mengenai definisi dari
budaya. Budaya dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan yang memiliki nilai atau
norma yang dianut oleh masyarakat dan
dilakukan secara turun temurun dari generasi ke genarasi. Budaya mempengaruhi sikap,
perilaku, kepercayaan,dan kebiasaan dalam masyarakat.
Budaya mempunyai unsur di dalamnya, salah satunya terdapat nilai (value)
yang merupakan unsur terpenting di dalam budaya. Menurut Prof. Dr. Ir Ujang
Sumarwan dalam bukunya Perilaku konsumen (229) menjelaskan, Nilai dalam budaya
diartikan sebagai segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau
suatu masyarakat. Nilai mengarahkan seseorang untuk berprilaku yang sesuai
dengan budayanya. Nilai biasanya berlangsung lama dan sulit berubah. Nilai akan
mempengaruhi sikap sesorang yang kemudian sikap tersebut akan mempengauhi
perilaku seseorang. Nilai dari suatu budaya akan berbeda dengan budaya lainnya,
Baik dalam skala yang kecil (budaya disetiap daerah), ataupun dalam skala yang
besar (budaya disetiap negara) berbeda.
Di Indonesia sendiri memiliki beranekaragam budaya,dari sabang
sampai merauke memiliki budayanya sendiri. Secara umum, ada beberapa budaya
yang memiliki nilai yang cukup tinggi di Indonesia. Nilai tersebut yang melekat
pada kebanyakan daerah yang dianut oleh masyarakatnya, yang sulit untuk diubah
dan berlangsung sangat lama. Inilah beberapa
contoh budaya yang memiliki nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
1.
Laki-laki
adalah kunci keputusan
Sumber gambar: https://friskilablog.wordpress.com/2016/04/28/ips-kelas-2-sd-semester-2-peran-anggota-keluarga/
Tentunya, masyarakat Inonesia meyakini laki-laki merupakan kepala
rumah tangga. Nilai yang dianut pada pernyataan ini adalah, bahwa di dalam
keluarga, laki-laki terutama ayah merupakan kunci dari keputusan. Hal ini masih
kita jumpai dalam beberapa keluarga yang menomorsatukan ayah sebagai hasil
keputusan dari permasalahan. Bukan hanya itu, laki-laki dianggap sebagai awalan
dari suatu tindakan di dalam keluarga. Misalnya, ketika keluarga ingin makan
bersama, maka permulaan dari makan tersebut adalah apabila ayah atau laki-laki
di dalam keluarga tersebut sudah hadir/sudah mengambil makan terlebih dahulu. Ini
masih dijumpai dibanyak keluarga terutama di daerah perkampungan yang masih
kental dengan adat.
2.
Menghormati
orang tua dan orang yang lebih tua
Kawasan Asia merupakan kawasan dari banyak negara yang menganut
keyakinan bahwa menghormati orang tua
merupakan hal yang sangat penting. Ini diartikan sebagai kesopanan kita (yang
muda) terhadap orang yang lebih tua. Dan sebaliknya, apabila kita tidak
menghormati orang tua atau orang yang lebih tua, maka dianggap tidak sopan dan
tidak memiliki etika. Di Indonesia, budaya ini memiliki nilai yang sangat
tinggi. Budaya menghormati orang yang lebih tua sudah tertanam sejam dahulu dan
terus berjalan hingga sekarang. Terbukti dengan penggunaan istilah atau sikap
yang sering kita gunakan apabila bertemu dengan orang tua, seperti punten,
permisi, sapaan dengan penggunaan kata awalan Bu/Pak, menundukan kepala, salim,
dan masih banyak lagi penggunaan kata atau sikap yang menunjukan kesopanan kita
terhadap orang lebih tua.
3.
Perempuan
masih dianggap tabu oleh sebagain masyarakat.
Di Indonesia, perempuan masih menduduki kelas bawah. Ini terlihat
pada sebagian masyarakat yang melihat peranan gender. Adanya perbedaan terhadap
laki-laki dan perempuan untuk bekerja, adanya pemikiran bahwa kesalahan yang
terjadi pada perempuan merupakan aib sebuah keluarga. seperti hamil di luar nikah,
menjadi pelacur dan sebagainya. Kurangnya kebebasan untuk berpendapat dalam
memilih atau memiliki sesuatu, seperti adanya perjodohan dan pernikahan dini
untuk perempuan yang masih dilakukan di beberapa daerah.
4.
Penggunaan
istilah pamali.
Istilah pamali sudah tidak asing lagi di banyak telinga masyarakat
Indonesia. Seringkali istilah pamali disangkutpautkan dengan hukuman yang
berlaku di masyarakat tersebut. Hal-hal yang dipamalikan ini yang sering kita
dengar dari orang tua kita. Dan setiap daerah memiliki jenis pamalinya berbeda.
Pamali ini bisa menjadikan kesialan kepada sesuatu yang dilihat, didengar,
diketahui atau yang dilakukan. Pamali bisa dikatakan pantangan untuk kita,
secara tidak langsung untuk menghindari sesuatu yang akan terjadi atau bisa
dikatakan mempunyai makna saat kita melakukannya. Seperti pamali yang banyak
kita ketahu apabila sesorang duduk di pintu, maka jodonya akan jauh. Ini bermakna
bahwa jangan duduk di pintu, karena akan menghalangi jalan. Atau contoh pamali
yang lain, seperti pamali apabila sesorang duduk di atas meja, nanti bisa
banyak utang. Ini dimaksudkan untuk jangan duduk di atas meja, karen tidak
sopan. Dan masih banyak pamali lainnya, yang suadh menjadi budaya di dalam
masyarakat Indonesia.
Itulah sedikit dari banyaknya
nilai-nilai dalam budaya yang masih dianut di masyarakat Indonesia. Baik buruknya
budaya yang dianut memiliki sejarahnya, normanya, dan maknanya tersendiri. Tentunya,
nilai ini bisa berubah dalam perkembangannya. Tetapi dibutuhkan waktu dan
adaptasai yang lama dalam perubahannya.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar